Pengapian yang sering dipakai di balap, terutama CDI, bukan jadi favorit awak komunitas. Bikers lebih memilih part pengapian yang berasal dari bawaan pabrik alias komponen ori kuda besi yang lain. Pengalaman dirasakan beberapa awak komunitas setelah menggunakan CDI aftermarket.
“CDI untuk balap terasa pengaruhnya, tapi cuma bagus pas jarak pendek aja. Kalau sudah jarak jauh, apinya seperti putus-putus. Sepertinya CDI yang aftermarket enggak tahan dengan goncangan terus menerus pas turing jarak jauh.Beda banget dengan CDI kanibal dari merek lain, tapi yang genuine,” kata Rudi Jerong yang dikenal spesialis Honda Tiger tune up untuk kawasan Karawang, Jawa Barat.
Karena itulah, Rudi lebih memilih CDI dari Suzuki Shogun di bawah tahun 2000. Shogun tahun segitu dikenal dengan nama Shogun Kebo (Kerbau, red). Disebut kebo karena Shogun yang diproduksi sebelum tahun 2000 tampak depannya seperti kerbau.
“Rpm bisa lebih tinggi dibanding yang CDI Tiger. Terus, apinya stabil dibanding CDI balap yang aftermarket,” kata Rudi.
CDI Shogun kebo berlabel Sindingen. Ingat juga brother CDI ini juga bukan cuma diincar sobat-sobat komunitas Tiger. Tapi, kawan-kawan pengguna Suzuki Satria FU150 pun mengincarnya.
Harga CDI Shogun kebo antara Rp 250 ribu-Rp 300 ribu. Akan lebih mahal sekarang ini karena barangnya yang terhitung langka. Kalau pun dapat, asalnya dari copotan alias barang second.
Pengguna Yamaha Scorpio agak berbeda. Mereka lebih mencari komponen pengapian dari generasi sebelumnya. Misalnya, CDI Pio, julukan Scorpio, yang diproduksi tahun 2001-2004 dianggap bisa bikin rpm lebih tinggi. Harganya lebih dari Rp 400 ribu.
“Bisa sampai red line. Berbeda dengan CDI setelah 2004. Lebih dari 9.000 rpm mesin sudah ketahan,” kata Iwan Nurohman yang bermarkas di kawasan Jl. KS. Tubun, Jakarta Barat.
Scorpio-Z yang dibikin 2005 dibilang Iwan ada komponen pengapian yang diincar. Koilnya banyak dicari karena dianggap menghasilkan api busi yang lebih besar.
Kode koil Scorpio-Z produksi 2005 5BP, sedangkan koil 2001-2004 dan 2006 sampai sekarang berkode 4US.
“CDI untuk balap terasa pengaruhnya, tapi cuma bagus pas jarak pendek aja. Kalau sudah jarak jauh, apinya seperti putus-putus. Sepertinya CDI yang aftermarket enggak tahan dengan goncangan terus menerus pas turing jarak jauh.Beda banget dengan CDI kanibal dari merek lain, tapi yang genuine,” kata Rudi Jerong yang dikenal spesialis Honda Tiger tune up untuk kawasan Karawang, Jawa Barat.
Karena itulah, Rudi lebih memilih CDI dari Suzuki Shogun di bawah tahun 2000. Shogun tahun segitu dikenal dengan nama Shogun Kebo (Kerbau, red). Disebut kebo karena Shogun yang diproduksi sebelum tahun 2000 tampak depannya seperti kerbau.
“Rpm bisa lebih tinggi dibanding yang CDI Tiger. Terus, apinya stabil dibanding CDI balap yang aftermarket,” kata Rudi.
CDI Shogun kebo berlabel Sindingen. Ingat juga brother CDI ini juga bukan cuma diincar sobat-sobat komunitas Tiger. Tapi, kawan-kawan pengguna Suzuki Satria FU150 pun mengincarnya.
Harga CDI Shogun kebo antara Rp 250 ribu-Rp 300 ribu. Akan lebih mahal sekarang ini karena barangnya yang terhitung langka. Kalau pun dapat, asalnya dari copotan alias barang second.
Pengguna Yamaha Scorpio agak berbeda. Mereka lebih mencari komponen pengapian dari generasi sebelumnya. Misalnya, CDI Pio, julukan Scorpio, yang diproduksi tahun 2001-2004 dianggap bisa bikin rpm lebih tinggi. Harganya lebih dari Rp 400 ribu.
“Bisa sampai red line. Berbeda dengan CDI setelah 2004. Lebih dari 9.000 rpm mesin sudah ketahan,” kata Iwan Nurohman yang bermarkas di kawasan Jl. KS. Tubun, Jakarta Barat.
Scorpio-Z yang dibikin 2005 dibilang Iwan ada komponen pengapian yang diincar. Koilnya banyak dicari karena dianggap menghasilkan api busi yang lebih besar.
Kode koil Scorpio-Z produksi 2005 5BP, sedangkan koil 2001-2004 dan 2006 sampai sekarang berkode 4US.
Tanya donk!! Apakah bisa cdi shogun kebo dipake scorpio? Trus ngaruh warna kabel gaa?
BalasHapusKalo CDI Supra dipasang di Scorpio apakah bisa....
BalasHapus